Kajian Iman


Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an dan al-hadits bahwa iman seseorang itu terkadang mengurang dan terkadang bertambah, dalam hal ini para ulama mengevaluasikan iman tersebut dengan lima tingkatan sebagai berikut :
1. Iman Taqlid, yaitu imannya orang yang tidak beralasan, tidak mempunyai dalil/argumentasi, imannya hanya mengikuti orang lain namun hatinya yakin dan Jazim iman kepada adanya Allah SWT.
Dalam menghukumi orang yang iman Taqlid (Mukmin Muqollid) para ‘Ulama berpendapat :
a. Al-‘Asy’ary, Abi Bakrin Bakilani, Imam Malik dan Imam Haromain, berpendapat bahwa Iman Taqlid hukumnya adalah Sah, hanya orangnya berdosa mengikuti orang lain tanpa dalil.
b. Ibnu ‘Aroby dan Imam Sanusi, Iman Taqlid tidak Sah, tetapi didalam kitab Kubro, Imam Sanusi mencabut lagi pendapat tersebut.
c. Imam Dasuqi, Ian Taqlid Sah, hanya berdosa bagi orang yang mampu berpikir. Pendapat ini berdasarkan firman Allah SWT. Dalam surat 2. Al-Baqoroh ayat 286.
d. Sebagain ‘Ulama. Iman Taqlid Sah hukumnya dan tidak berdosa asalkan dalil-dalilnya bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits.
e. Sebagian ‘Ulama, Iman Taqlid Sah dan tidak berdosa baik bagi ahli berpikir maupun bagi awam, pendapat ini berdasarkan hadist Rasululloh SAW. Ketika menjawab pertanyaan dari orang Badewi : Ya Rasululloh, bagaimana caranya supaya dapat masuk sorga ?, Nabi menjawab : katakanlah olehmu !:

اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ

f. Sebagian Ulama, Iman Taqlid itu Sah bahkan kalau sudah beriman diharamkan untuk mencari dalil.
Dari seluruh pendapat para ‘Ulama tersebut tidak menyangkut masalah pokok (mu’takad).

2. Iman ‘Iyan, yaitu imanya seorang mukallaf yang telah mengetahui dalil yang benar namun belum menjiwai keimanannya, sehingga Ahli Tashowuf memberi titel Mahjubun.

3. Iman ‘Iyan, yaitu imannya seseorang yang disertai Ma’rifat dan Tashdiq yang menjiwai sifat Sama’ Bashornya Allah SWT, sehingga jiwanya selalu merasa dilihat dan didengar oleh Allah SWT. Dan berdiam di Maqom Muroqobah.

4. Iman Haq, yaitu imannya orang yang mempunyai jiwa yang dalam, hatinya mampumenerobos ke Maqom Musyahadah, yang apabila melihat mahkluk, hatinya tidak pada yang dilihatnya melainkan ingat kepada yang menciptakannya, tingkatan iman ini disebut pula dengan Iman Haqqul Yaqin, yang kontaknya dengan sifat Qudrot Alloh SWT.

5. Iman Haqiqat, yaitu imannya orang yang mempunyai jiwa yang teramat dalam, kema’rifatan yang luar biasa, sehingga hainya tidak ingat kepada makhluk, fana kepada Allah SWT. Serta selalu berdiam di Maqom Fana, keyakinan iman Haqiqat ini namanya ‘Ainal Yaqin, keadaannya majdud.

6. Iman Haqiqotul Haqiqat, yaitu imannya para Nabi dan Rasul, dalma hal ini para ‘Ulama tidak memberikan ta’rif.

0 comments:

Post a Comment